Sungai Tenggarong tempat simpanan
senjata Jepang?puluhan tahun yang lalu saat saya masih remaja pernah mendengar
kalau sungai Tenggarong [di ujung],adalah tempat penyimpanan senjata pasukan
Jepang di saat pasukan tentara Jepang sudah memasuki era kekalahan ketika
berperang melawan pasukan sekutu pada
perang dunia kedua yang lalu.
Saat dijaman revolusi antara
tahun 1945-1949 seperti kita ketahui bahwa walau Indonesia sudah
memproklamasikan diri,namun Belanda tetap getol ingin menjajah kembali negeri
ini makanya walau kita sudah merdeka,Belanda baru mengakui kemerdekaan bangsa
kita baru sekitar tahun 1950.
Untuk mencari senjata bukan
perkara yang mudah di jaman kemerdekaan itu,apalagi senjata api ,untuk
keperluan perjuangan ,atas informasi seorang mantan Heiho[tentara Jepang
pribumi] bahwa di sungai Tenggarong banyak disimpan senjata bekas tentara
Jepang,maka berangkatlah ‘’Djunaid Sanusie,Ibramsyah Zafrie,Parhansyah
Achmad,Badak dan penunjuk jalan si mantan Heiho tadi dan dimulailah ekspedisi kilat
menuju sungai tenggarong yang lumayan panjang dan berliku ,lalu hari berikutnya
disusul rombongan kedua terdiri dari ,Muhammadsyah Gani,Parhansyah Achmad dan
Bijuri Achmad.Sesuai kesepakatan rombongan pertama dan kedua akan bertemu
dirumah guru Asran[guru Tairi],malam harinya diadakan rapat dengan tokoh tokoh
dari Tenggarong,Ilham alie,M.Kadrie Hassan,dan Pak Abdillah[pensiunan Polisi].
Pagi hari sekitar jam 06.00.saat
kota tenggarong masih lengang dan terbuai sejuknya embun pagi rombongan ekspedisi pertama berangkat terdiri
dari,penunjuk jalan[ex Heiho],Djunaid Sanusie dan diantar oleh pak Abdillah ber
perahu masuk menyusuri sungai Tenggarong,hampir seharian penuh naik perahu
sekitar jam 15.30[sore]barulah sampai ke udik [ujung]sungai Tenggarong
tersebut,dan bermalam di sebuah pondok di hutan sungai Tenggarong,pagi harinya
di teruskan lagi dengan jalan kaki sekitar 2 jam baru tiba di tempat tujuan
[tempat penyimpanan senjata ex Jepang].
Setelah di adakan penelitian
sesuai dengan peta petunjuk,maka mulailah diadakan penggalian di sekitar tanah
tersebut, namun alangkah kecewanya ,tak satupun senjata di temukan padahal
sudah sesuai denga arahan peta petunjuk,maka esoknya rombongan kembali menuju pulang ke kota Tenggarong dengan tangan hampa.
Setelah sampai di kota Tenggarong
barulah para ‘’pejuang’’mendapat informasi dari seorang penjawat/kyai,Abdul
karim,kalau yang di tuju itu sudah benar,namun senjata senjata tersebut sudah di gali/diambil oleh fihak
kerajaan kutai atas perintah Sultan Adji Parikesit dan kemudian di serahkan
pada fihak sekutu [Australia],dan kemungkinan Belanda ,karena mereka adalah ‘sekutu’’.
Achirnya para ‘’pejuang’’ kembali
ke Samarinda,dengan tergesa-gesa karena ada informasi dari ‘telek sandi’’pejuang
,kepada Ilham Alie ,kalau kegiatan ekspedisi penggalian Senjata ex tentara
Jepang telah tercium oleh reserse[spionase] si Belanda[yang kebanyakan menjadi
mata mata ini adalah orang pribumi sendiri].
Itulah sekelumit kisah perjuangan
para pejuang kemerdekaan dalam mencari dan mengumpulkan senjata senjata untuk
modal perjuangan melawan si penjajah Belanda.
Timbul pertanyaan dalam benak
saya yang awam ini,mengapa fihak kerajaan mau begitu saja menyerahkan senjata
senjata tersebut??
Referensi bacaan:Secercah
perjuangan divisi Narotama oleh:Djunaid Sanusie[Ex Komandan BPRI Samarinda]
,dkk,lalu diantara nama tim pejuang expedisi tersebut ada nama ‘’Parhansyah
Achmad’’kalau tidak salah beliau adalah penulis senior.
Sekian sekelumit kisah perjuangan
ini semoga manfaat bagi kita sekalian.
Silakan berkomentar di blog alfiforever,DAN terima kasih,bila telah mengisi form ,dengan saling menghargai !,salam